Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Purwokerto menyelenggarakan acara Seminar Nasional Pra Muktamar (5/08/22). Tema acara tersebut, “Pesantren Muhammadiyah Berkemajuan dan Tantangan Masa Depan”.
Dr. H. Maskuri, M.Ed. dalam sambutannya melaporkan bahwa LP2M PPM yang lahir pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makasar, telah mencatat bahwa di akhir 2015 Muhammadiyah memiliki 127 pesantren. Dan pada tahun 2022 melonjak menjadi 425 pesantren.
“Pesantren Muhammadiyah telah berkembang di 27 provinsi (PWM). Masih 7 PWM belum memilii AUM Pesantren. Yaitu, Kepulauan Riau, Babel, Kalteng, Sulut, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.” Sambungnya.
Dalam paparannya beliau menyampaikan bahwa satu sisi perkembangan secara kuantitatif PesantrenMu cukup menggembirakan, tetapi di sisi lain juga menghadirkan tantangan. Terutama dalam penyiapan ustadz atau pengasuh pesantren.
“Tantangan pesantren Muhammadiyah adalah penyiapan ustadz. Karena Muhammadiyah belum punya lembaga / Fakultas di PTM-PTA untuk mencetak ustadz secara khusus. Masih menghadirkan hasil didikan dari lembaga pendidikan lain “. Tuturnya.
Pa Masykuri juga melaporkan bahwa selama 7 tahun terakhir LP2M PPM telah merumuskan
Kurikulum, dan menyusun dan menerbitkan 40 judul buku ajar untuk dipergunakan di pesantren Muhammadiyah. Semuanya sudah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Pada akhir sambutannya beliau berharap : “Melalui Seminar Nasional ini dapat disampaikan oleh beberapa nara sumber Strategi Pengembangan Pesantren Muhammadiyah daei berbagai perspektif”.
Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Dr. Jebul Suroso, S.Kp., Ns., M.Kep., dalam sambutannya menyampaikan bahwa tantangan kekurangan ustadz dan pengasuh di pesantren yang dikeluhkan ketua LP2M sudah diwujudkan UMP dengan dibuka program pendidikan D1 Kemuhammadiyahan. Kalau mang masih kurang, menurut beliau, ke depan akan didirikan pendidikan manajemen pengelolaan amal usaha. Implementasinnya dapat berupa short course atau program D1.
Prof. Dr. Daelamy, MP. Wakil Ketua PWM Jawa Tengah menyatakan bahwa Seminar Nasional Pra Muktamar tentang pesantren Muhammadiyah
tepat dilaksanakan di Jateng, tepatnya di UMP.
“Menurut data tahun 2021 sejumlah 150 pesantrenMu berada di Jawa Tengah. Itu sebabnya PWM Jateng pantas menyelenggarakan acara ini”.
Wakil Ketua PWM Jateng itu juga menjelaskan bahwa dalam konteks Jawa Tengah, setidaknya terdapat enam persoalan yang dihadapi pesantren Muhammadiyah.
1. Banyak Mudir merupakan alumni yang bukan cetakan pendidikan Muhammadiyah. Akhirnya muncul “madzhab-madzhab” atau corak, varian;
2. Banyak mudir pesantrenMu baru mengenal Muhammadiyah;
3. Banyak ustadz dan ustadzah yang perlu di-Muhammadiyahkan;
4. Antara sarana prasarana pesantren dan animo calon orang tua santri tidak sebanding lurus. Banyak Masyarakat yang ingin memasukkan anaknya ke pesantren Muhammadiyah, tetapi belum terakomodir karena kekurangan sarana prasarana;
5. Biaya mondok yang mahal;
6. Belum semua pondok menyiapkan ” ruang khusus” untuk dhuafa.
Di akhir sambutan beliau, sebelum membuka acara seminar secara resmi, beliau memotivasi peserta seminar:
“Tidak menjadi besar karena Muhammadiyah tetapi marilah kita membesarkan Muhammadiyah”.
Liputan : Arip Somantri (Mudir Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya)